“Ugh… Apakah aku salah ngomong tadi yach…” gumamku dalam hati berfikir. Aku nggak sebingung ini sebelumya bika tengkar menerpa hubungan kami. Tapi kali ini aku dibuat bingung sebener-benernya bingung. Aku takut. Ya. Tepatnya aku takut kehilangan dia. Dia yang aku cinta. Dia yang aku sayang. Dia yang sangat istimewa. Dia yang sangat berarti dalam hidupku.
Dia adalah matahari dalam hidupku. Dia yang menggerakkan semua apa yang aku kerjakan. Dia adalah semangatku. Karena hanya dengannya aku berani menghadapi dunia ini dengan segala aral dan rintangannya.
Oh ade… jangan kau pergi dari hatiku. Jangan engkau hilang dari hidupku. Karena hanya engaku sumber kebahagiaanku.
Sudah hampir dua jam aku terus mencoba menghubunginya tapi sia-sia. Tak ada satupun nomornya yang aktif sejak jam 17.00 tadi. Ya… tepatnya sejak aku membacakan cerpen jelek karyaku itu. Dia tersinggung. Itu kesimpulan awalku. Tapi kenapa. Aku nggak tahu. Aku hanya ingin dia menilai karyaku. Memberi masukan apa yang kurang dan bagian mana yang perlu diperbaiki makanya aku bacakan cerpenku tapi yang terjadi malah di luar dugaan. Dia diam seribu kata. Lalu menutup teleponnya.
Oh, Tuhan… aku tak menyangka begini jadinya.
3 jam sudah aku mencoba menghubunginya lagi. Tak bisa. Bukanya aku nggak berani langsung dating ke rumahnya, tapi aku lagi menyelesaikan tugas dari managerku. Ach… seandainya managerku bisa memberi aku waktu mengerjakan tugas in lain waktu tentu aku bisa langsung menjalankan sepedaku ke rumahnya. Tapi ini nggak mungkin. Bingung aku dibuatnya.
Aku lalui waktu dengan penuh kegelisahan. Detik demi detik yang ada cuma debaran harapan bisa telepon adeku. Tapi semua sirna. Putus sudah harapanku. Lagi aku coba menghubunginy, jawaban yang terdengar sama dengan sebelumnya.
Oh, tidak…!! Adeku, please… jangan engkau buat aku semakin nggak menentu dengan keadaan seperti ini. Please dek,,, ayo aktiflkan hpnya…
Jam telah berganti. Aku pun mulai kelelahan. Aku pasrah apa yang terjadi, terkadilah. Aku ambil air wudlu saat aku tahu jam dinding di kantorku menunjukan pukul 00.03. Yach… aku harus rehat dari kesibukan jasmani dan rohani ini.
Aku angkat tanganku seraya mengucap takbir. Ya, takbirotul ikhrom. Aku mengadu pada Yang Maha Tahu. Aku tahu Tuhanku Maha Tahu juga Maha Penyayang. Dua rokaat telah aku finishkan teriring air mata hina. Aku meminta ampunanNya. Aku pinta kasih sayangNya. Aku pinta bantuanNya tuk memecahkan masalah yang sedang melandaku.
Aku bangkit lagi untuk mengambil dua rokaat lagi dari tahajudku. Tapi seketika terlintas dalam benakku aku harus kirim sms dulu buat adekku tercinta. Seketika kuraih hp-ku dan ku ketik :
“cinta… tiada yg bs mnggntkan drimu. Tiada yang bs mmbwtq lupa akn drimu. Knangn mns t’ukir dgnmu,smngt hdpq b’kbar dg snymmu. Ade…bilakh engkau bnr2 mrhpdq? m@fknlh k2 de,mmang bnyk slh n dosa k2, nmun q pnt krel@nmu tuk lupakan slh2q, tuk m@fkn sgl khilfq, nmun bila brat engkau mm@fkn,yach apalah dya mngkn k2 hrs mndrta n mrana slmax. Mga kau tmukn bhgia.mga kau tmukn cnt yang tnpa cela…mga kaut hdp bhgia tnp drta… ad btp aq mncntaemu..”
Aku kirim. Tapi nggak ada laporan aku dapat. Pending. Ah… ya dahlah mungkin bukan mujurku. aku takbir kembali… ruku lama, I’tidal lama, sujud lama sekali. Aku curahkan semua gundah gulanaku dalam sujud. Aku dengar katanya saat sujud itulah kita lebih dekat dengan Tuhan kita. Makanya aku adukan semuanya.
Maghrib dulu
0 comments:
Post a Comment