Sungguh ini sangat sulit. Dia marah padaku. Adikku tersayang marah padaku gara-gara aku tidak nyambang dia. Dia minta keluar sebentar. Aku katakana sebentar karena hanya beberapa jam. 10 jam paling lama. Bisa juga kurang. Ia hanya ingin refresing. Ingin menyegarkan suasana. Hati. Juga pikiran.
Ia ingin ke warnet. Ia ingin berselancar di alam maya. Ia ingin, yah hanya sekedar penyegaran. Ntah ke Turen. Jalan-jalan. Bisa juga belanja. Bisa juga hanya buka email dan facebook. Lalu makan di jalan dan pulang lagi. Ntah juga kampusku. Itu yang ia bilang padaku saat malam harinya.
Ia pernah ke kampusku saat aku mengajaknya keluar. Aku ajak ia ke kampus. Menemaniku. Walau ia sendiri sebenarnya aku tinggalkan di luar ruangan saat aku kuliyah. Ia kuajak ke kampus saat aku masuk kuliyah agak siangan. Dan ia hanya bisa keluar setelah jam 8. sedang aku berangkat jam 9. Saat itu.
Sungguh itu bukan mauku. Tapi ini emang diluar kemampuanku. Bukan aku nggak sayang sama adikku. Bukan aku nggak mau ia refresing. Aku juga, bahkan semua orang butuh refresing, termasuk adikku yang dah lama terkurung dalam lingkungan yang sempit dan penuh aktifitas yang monoton.
Hari itu aku harus berangkat pagi. Ya pagi. Sebelum jam 7. Karena aku presentasi jam 7. Aku harus berangkat pagi walau aku cuma siap limapuluh persen mungkin untuk presentasi. Namun aku nekad dan bertekad melakukannya. Aku berangkat pagi.
Pikirku, adik bisa keluar setelah Lia nyambang dan Iyah ikut keluar bersamanya. Atau bisa juga ikut keluar bersama orang lain. Ntar nyusul ke kampus. Atau aku jemput.
Namun kenyataan berkata lain. Ya, lain sekali. Semua diluar kemampuanku. Semua diluar dugaanku. Aku berangkat jam 6.30. Setengah jam kemudian aku sampai kampus namun belum banyak yang datang. Bahkan dosen pun belum. Dan yang sangat aku sesalkan—tapi juga menggembirakan—presentasiku diundur 2 minggu ke depan.
Sesal karena aku sudah meninggalkan adik sendirian. Dan juga bukankah 2 minggu ke depan juga waktunya sambangan? Waktunya adikku bisa keluar lagi. Itu pertanda aku nggak bisa berangkat agak siangan, membawanya ikut serta. Oh, my God. Please help me…
Menggembirakan karena sejujurnya aku juga bisa menyiapkan lebih matang presentasiku. Aku bahkan bisa nyari informasi lebih banyak. Bahkan bisa menyiapkan beberapa pertanyaan pada kelompok lain yang akan presentasi juga. Ah…. Semua memang berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Bila Ia mau maka terjadilah. Bila Ia tidak mau maka tidak akan terjadi.
Lia pun yang aku andalkan bisa mengajak adikku keluar ternyata nggak bisa. Ia nggak datang untuk adiknya. Tidak nyambang. Adikku pun segan—untuk ikut .
maafin kakak dik, gara-gara kakak iyah jadi gini. maafin kakak, sungguh bukan maksud kakak untuk tidak mengajak yah keluar. hanya saja kakak kemarin bener-bener gak bisa dik. maafin kakak dik. sungguh kakak minta maaf.
0 comments:
Post a Comment