Wednesday, November 18, 2009

Wednesday, November 18, 2009 |

TEGURAN...


Aku tersentak kaget begitu membaca sms dari kemenakanku. Walau aku tahu ini Cuma bercanda, tapi tetap saja bikin aku kaget setengah mati.

“kang ana salam sing malaikat”

Anganku melayang menuju sebuah kejadian yang baru setengah jam berlalu menimpaku. Main bola dan terjatuh sehingga tulang dan otot lututku berubah tempat. Lututku bengkak. Bahkan tidak bisa aku tekuk untuk berjalan. Sehinga dengan terpaksa aku digendong teman-temanku. Sampai di kamar aku lihat jam 17.06. ah bentar lagi aku harus ke mushola. Aku bangun. Tapi ah… sakitnya minta ampun. Bahkan aku nggak bisa gerakkan kakiku sama sekali. Untuk berubah posisi dari teaku rlentang ke tengkurap saja sulitnya sangat. Akhirnya aku tertidur dan bangun saat dering hp berbunyi. 1 mesaage. Aku buka dan aku temukan sms di atas.

Aku terhenyak. Terlebih aku baru ingat aku belum shalat maghrib dan isya. Subhanallah… bagaimana ini terjadi? Ya aku tertidur saat “menikmati” kesakitanku dan aku baru bangun setelah dua jam kemudian. Pukul 20.04

Sms itu terus menghantuiku. Oh.. seandainya benar malaikat menjengukku, apa yang akan menimpa diriku. Beruntung bila ia malaikat pembagi rizki, gimana kalau malaikat pencabut nyawa? Oh tidak…

Ah, aku jadi teringat kejadian tahun 1999. Saat aku sakit tipes di pesantren, di Cirebon sana. Saat itu aku sudah 3 hari tidak masuk kelas. Aku istirahat di kamar. Sekitar jam 11.45 aku tertidur. Kepalaku berada di sebelah utara. Kaki ada di sebelah selatan. Aku tutup rapat. Aku bermimpi dalam tidurku. Aku bermain-main dengan adikku tersayang yang masih kecil saat itu disebuah taman yang indah. Sunggguh indah sekali. ibuku juga ada di situ. Saat ibuku pergi dan aku mengejar adikku yang di belakang ibu, aku dikejutkan oleh seseorang berbaju putih. Memakai tutup kepala juga putih. Tutup kepala itu menyambung ke bajunya dan bahkan ke bawahnya juga. Yang semua anggota tubuhnya tertutup karenanya. Aku sama sekali tidak mengenalnya. namun ia mengajakku pergi ke sebuah tempat.
“ayo ikut aku sebentar”
“Gak ah. Ntar ibuku nyari’
“gak kok. Cuma bentar!” katanya agak tegas.
“Gak ah gak mau!” aku jawab tegas juga mengimbaninya.
Seketika itu ia menarik tanganku. Aku terbelalak kaget. Dan aku melihat jam pukul 11.50. sungguh nyata. Ya jamitu adalah jam dinding di kamarku. Aku melihatnya dengan jelas jam berwarna putih bergaris-garis hitam itu menunjukan jam 11.50. sudah masuk waktu dluhur. Bahkan, samar terdengar suara azan dari masjid.
“ayo ikut aku sebentar saja” orang itu masih mengajak dan menarik tanganku.
“gak mau. Aku belum shalat. Aku shalat dulu” teriakku ketakutan.
Terjadi tarik menarik antara aku dan dirinya. Dan anehnya begitu tanganku terlepas darinya, aku merasa ada yang keluar dari hidungku dan kembali masuk ke dalam diriku lagi. Saat itu aku berpikir dia adalah malaikat yang menjemputku. Malaikat pencabut nyawa. Makanya aku nggak mau ikut dengannya. Aku belum siap. Belum banyak amal sholeh yang aku perbuat. Apalagi aku belum shalat dluhur. Jadi aku berontak sekuat mungkin.
Eh ternyata sobat, tahu nggak? Dia bukan malaikat. Tapi… ah, tidak jadi aku kasih tahu deh. Cukup aku, beliau dan dia saja yang tahu.
Kembali dengan keadaanku saat ini.
Aku bangun dengan begitu sangat sakit kurasakan di bagian lututku. Aku terpaksa berjalan merambat tembok kamar. Sampai kamar mandi hampir saja terjatuh saat aku menumpukan beban tubuh pada kaki kananku yang terluka. Usai ambil air wudlu aku shalat. Dengan duduk menjulurkan kaki aku shalat, ini aku lakukan ijtihad (duh gayanya make ijtihad segala…) setelah aku coba untuk menekuk lutut tapi nggak bisa. Ah, bukankah Allah Maha Melihat dan Maha Rahman.

Usai shalat sms itu kembali aku baca. Ya Allah, apakah ini adalah teguranMu? Ya. Atau bukan, aku tak peduli. Aku menganggapnya adalah teguran bagiku. Bagi seorang aku yang telah begitu banyak dosa aku lakukan.
Bagiku, jatuhku adalah teguran. Teguran karena begitu seringnya aku berbuat dosa dengan tangan dan kakiku. Teguran dari Allah yang masih menyayangiku. Teguran yang sangat mengena. Ya. Aku harus berhenti. Aku harus menghentikan kebiasaanku berbuat dosa. Dosa yang telah banyak aku perbuat. Astaghfirullah… Ya Allah… ampuni dosa-dosa hambaMu yang hina ini. La ilaha illa Anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimien… Astaghfirullah…

Bagiku sms itu juga adalah teguran untukku. Teguran agar aku bersegera tobat. Karena ajal tak pernah ada yang tahu kapan datang. Malaikat pencabut nyawa tak pandang waktu dan keadaan kapan ia datang. Begitu ia perintahkan, maka ia tak menunda waktu. Ya. Aku harus cepat-cepat bertobat. Tobat yang sesungguhya. Bukan tobat sambel. Apalagi tobat kacangan. Tobat yang tak berkelas.

Astaghfirullah…
Astaghfirullah…
Astaghfirullah…
La ilaha illa Anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimien…



Related Posts



0 comments:

Post a Comment

kambing etawa

kambing etawa
kambing gemuk makan fermentasi gedebok

silahkan coba...!!!

Blog Archive

Hidup tak akan memberimu apa-apa kecuali kau memaknai hidup dengan caramu...
 

Express

Seorang kawan yang mendampingi kita pada saat kesulitan lebih baik dari pada seribu
kawan yang mendampingi kita pada saat kebahagiaan.


Berkata benar dapat sangat menyulitkan bahkan beresiko ditolak. Tetapi itulah satu-
satunya pilihan jika kita membangun hubungan yang baik.

Anak lebih membutuhkan bimbingan dan simpati dari pada instruksi.

The Good Father

The Good Father

MoTivE

Bila saat ini kita belum berhasil dan sukses bisa jadi karena kita belum bekerja keras, berfikir cerdas dan beramal dengan benar.


Saat menunda amal sholeh berarti kita sedang menunda kesuksesan dan kebahagian.


Seseorang mulia bukan karena apa yang dimilikinya tapi karena pengorbanannya untuk
memberikan manfaat bagi orang lain.