Thursday, December 24, 2009

Thursday, December 24, 2009 | 0 comments
TERIMA KASIH



Terima kasih aku ucapkan untuk kamus bahasa inggris 2.03 yang telah membantuku. baik dalam mengerjakan tugas. ntah menerjemahkan bahasa inggris ke indonesia maupun dari indonesia ke inggris. sangat banyak manfaat aku rasakan dari kamus ini. dengan tampilan skin yang bisa diganti-ganti serta simplenya tampilan yang membuat mata tak cape melihatnya membuat kerjaanku lancar dan ok.

dan sebagai tanda syukur dan terima kasihku, aku ingin membaginya kepada semua yang membutuhkannyan. silahkan ambil FREE KAMUS 2.03

selamat bekerja sama dengannya dan selamat sukses dalam bahasa inggris...

read more

Thursday, December 10, 2009

Thursday, December 10, 2009 | 0 comments

Sobat…

Maaf sebelumnya karena pembagian kelompok diskusi untuk mata kuliyah BK tertunda lama. Ini diluar kemauanku. Mohon maaf sekali lagi.

Dan maaf juga kupinta bila ada yang merasa dirugikana atau ada yang merasa pembagian ini tidak adil. Sungguh tiada maksud begitu.

Saya sengaja posting dib log dengan extension JPG supaya tidak bisa dirubah-rubah. Walau hal ini juga membuat lumayan agak sulit untuk sobat lihat semua.

So, kalau pengen lihat silahkan klik gambarnya. Bisa juga langsung save as saja. Ok. Thank so much. And pardon me…



oh iya: ini nih tema yang harus didiskusikan oleh tiap kelompok:
1. Keterkaitan antara bidang pelayanan BK dan bidang-bidang lainnya.
2. Arah kecepatan BK dalam upaya pengembangan kemandirian siswa (SMA/SMK /Aliyah) secara optimal.
3. Kesalahan-kesalahan dalam memandang BK.

read more

Monday, December 7, 2009

Monday, December 7, 2009 | 0 comments


Kemarin aku dapat tugas membuat essay. namanya orang gak bisa, jadi aku membuat sebisa mungkin tapi tetap saja hasilnya banyak salahnya. nih aku posting. koreksi yach....


DIFFICULTIES OF WRITING

Writing is one of five English capability—listening, reading, speaking, writing, translating—that is student have to learn it in their study. In writing, all of student competence was integrated. It is product that shows aptitude student. So, writing is the important one—besides speaking—of English capability. But, most of us countenance many complexities in this subject, such as; grammar, get stuck, and vocabularies.

Grammar is the mind struggle in arrange word to sentence. It is bringing me go all out think stiff to produce sentence in my blank paper. It’s different when I used my mother language. I can write fluently without thinking about grammar. I can enjoy my writing and be able to produce many writing. You can look for it in my blogsite, http://www.elkifli.blogspot.com.

The beginner is difficult. This sentence is appropriate to me. When I get start to compose lose my words. All of my experience is vanishing. My mind is blank. No thing to found there. No idea I catch. Even I force myself to do it just I drop few.
English is foreign language that is why most of us have problem in produce vocabularies when starting in composing essay despite of our grade is in high level. Moreover, we have no writing habit. One of novel author said that habitually have effect to build our writing excellent.

End close, writing is no easy to whom unspecific in this case. Grammar is must in writing. Mastering vocabulary is ought to for provide a good sentences. Writing needs experiences, skill, habit and serious. Serious and habit are important requires to compose good essay. Without experience and skill our writing is tasteless also colorless.

read more

Wednesday, November 18, 2009

Wednesday, November 18, 2009 | 0 comments
IBU, Maafkan aku….


Sebuah harapan yang tak pernah habis aku gantung. Aku ingin sukses.
Aku ingin membahagiakan diriku dan keluargaku. Aku ingin ibuku bahagia dalam hidupnya. Namun masih sering kali aku membuatnya kecewa. Salah satunya kemarin (sudah lama) saat ibu menginginkan aku untuk tetap tinggal di rumah. Ya. Tinggal di rumah bersama beliau. Beliau menginginkan aku teta di rumah. Nggak usah bekerja. Oh maaf. Sebenarnya bekerja juga. Ya bekerja membantu pertanian yang ibu garap.
Itu permintaan ibu padaku. Namun aku membuatnya kecewa dengan pergi dari rumah. Entah egokah aku? Durhakakah aku? Maafkan aku ibu. Aku juga ingin ibu bahagia. Tapi Cuma beda cara Bu. Maafkan aku, mungkin caraku ini ibu nggak paham. (mungkin ini yang disebut dengan jurang pemahaman antara orang tua dan generasi penerusnya).
Aku masih muda bu. Perjalanan hidupku masih panjang. Aku masih harus menapaki sekian banyak jalan yang belum pernah aku tempuh. Aku masih harus banyak berbekal buat masa depanku (ugh… masa depan. Sok idealis). Bekalku, dan mungkin masa depanku, bukan hanya ada di desa ini Bu. Bukan hanya ada di daerah aku lahir. Aku harus keluar dari desa ini. Bukankah Imam Syafi’I juga berkelana? Bukankah orang-orang besar juga mengembara. Bukankah kebijaksanaan akan ditemukan dalam perantauan. Bukankah dalam perantauan akan banyak ilmu yang akan digapai.

Ibu tidak usah khawatirkan rizkiku. Ibu tidak usah memikirkan aku akan makan apa. Ibu tidak usah merisaukan diri karena tidak bisa mengirimiku. Aku tidak minta kiriman Bu. Aku tidak minta ibu mengirimiku makanan atau pun uang. Hanya restu dan doa yang aku pinta, Bu. Ibu harus percaya bahwa aku bisa menjaga diri dan memberi makan diriku sendiri Bu. Allah akan memberi rizki pada hambaNya yang berusaha, Bu. Allah, bahkan menjamin rizki hambaNya yang mencari ilmu di jalanNya, Bu. Anakmu yakin, ibu percaya akan kebesaran Allah bukan?

Atau, apakah ibu mengkhawatirkan keadaan ibu tanpa anakmu ini? Aku yakin dengan haqul yakin bu, Allah akan menjaga ibu. Allah akan memberi ibu rizki sebagaimana Ia juga memberiku rizki. Aku yakin, Allah akan menjaga ibu sebagaimana Ia menjagaku dalam perantauan, Bu. Bukankah Ibu selalu berdoa padaNya. Bukankah ibu selalu curhat padanya di tengah malam-tengah malam umur ibu? Bukankah ibu juga mewarisi kekuatan almarhum ayah, Bu. (ibu saat nulis kalimat ini, aku kangen ayah, Bu…). Bukankah ketegaran hati ibu juga sudah tertempa setelah sekian lama hidup bersama ayah? (dan semoga aku juga memilikinya…)

Sekarang, di sini,di tempatku mengais puing-puing harapan, aku sudah sedikit banyak belajar arti perjuangan dan pengorbanan. Aku harus mengorbankan waktu istirahatku untuk bekerja. Bukan. Bukan bekerja tapi berjuang dan beribadah. Bukankah mencari nafkah adalah ibadah? (Iya. tapi bagiku yang belum nikah ini apakah mencari nafkah itu termasuk ibadah? Ah semoga saja ibadah. Bukankah semua amal tindakan yang dikerjakan dengan menyebut namaNya jadi ibadah? Apalagi ini untuk mencari ilmu dan membahagiakan keluarga? Ah semoga saja… Amien…). Aku juga harus mengorbankan beberapa tahun kuliahku untuk mengalah demi adikku sekolah. Ya aku juga korbankan uang yang aku dapatkan untuk membiayai adikku melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Ibu bukankah ini adalah berkat doamu… makasih oh ibu.. Makasih ya Allah.

Sekarang, di sini, di tempatku menyusun kepingan puzzle cita-cita dan bahagia, aku temukan diriku menangis dan tertawa bergantian. Aku temukan diriku berkecukupan dan kekurangan bergantian. Aku dapati aku sudah sedikit bisa menghidupi diriku sendiri dan adikku, walau terkadang gelombang ombak tidaklah kecil aku hadapi. Tapi aku yakin, aku akan berhasil menggapai kebahagiaan yang aku cita-citakan.
Namun terkadang aku masih merasa sedih dalam keoptimisanku. Aku masih terkatung-katung di tengah-tengah lautan cita-cita tanpa aku lihat tepiannya. Ah semoga perahuku lekas berlabuh di pelabuhan besar tingkat internasional. Ah semoga mentalku masih mental juara. Semoga mentalku masih mental serang pejuang. Semoga mentalku masih mental seorang perantau yang tak pernah putus asa. Dan semoga adikku juga mempunyai mental-mental seperti itu.

Ibu, doakanlah kami berdua. Doakan kami sebagai anak-anakmu yang engkau sayangi dan kasihi. Doakan kami agar cita-cita kami tercapai. Doakan kami supaya kami lekas berlabuh dalam pelukanmu kembali duhai ibuku tersayang. Aku kangen, Bu…7:12:35 AM

read more
4 comments

PELAJARAN TANGIS DAN TAWA

Aku terbangun dalam keheningan malam. Aku sadar. Ini adalah niatku. Aku berniat untuk lebih akrab lagi dengan Tuhanku. Ya Tuhanku. Tuhanku yang telah memberi aku hidup ini. Tuhanku yang telah memberi aku keluarga ini. Tuhanku yang telah memberi aku begitu banyak kasih dan sayang. Ya Tuhan, aku ingin selalu bercumbu denganMu, namun egoku terkadang mengalahkanku.

Aku hidup. Karena Tuhanku. Ia telah memberi aku kesempatan menghirup dunia ini sejak 26 tahun yang lalu. Aku lahir lahir di enam November—yang setahuku berbarengan dengan lahirnya wanita berjiwa besar negeri ini, ibu Siti Nur Fadhillah, mantan menteri kesehatan dalam Kabinet Indonesia Bersatu I. Aku bangga dengan tanggal lahirku. Aku juga bangga dengan bintang. Scorpio. Walau sejujurnya aku juga tidak tahu banyak dengan bintang itu untuk apa. Bahkan sering kali aku bertanya-tanya ketika membaca ramalan bintang, baik di majalah atau juga yang tertulis dikoran, kok bisa yach hampir sama dengan yang aku jalani dalam hidup ini. Ah peduli amat. Aku tak mempercayainya karena dulu aku ditegur oleh pamanku suatu kali saat membaca begituan.

Hidupku, menurutku, adalah sebuah perjalanan pembelajaran. Pembelajaran semua mata pelajaran. Pernah aku belajar mata pelajaran menangis. Ya. Itu terjadi saat aku lahir di dunia ini. Kata ibu, aku sering menangis waktu kecil. Bahkan ketika beranjak anak-anakpun aku masih sering menangis. Terutama saat pulang sekolah dasar dan tak ku temui ibu di rumah. Aku langsung nangis di depan pintu. Tidak mau masuk rumah. Tapi malah menjerit-jerit memanggil nama ibuku. (sepotong kenangan yang masih aku ingat. )

Pelajaran ini terulang saat aku di akhir semester dua di tahun keduaku duduk d sekolah menengah. Saat itu aku sakit tipes. Seminggu aku terbaring. Menginap di klinik pondok pesantren. Di tambah tidak punya uang—maklum aku termasuk santri yang jarang dikirim oleh ortuku, aku pun berniat meminta uang kepada ayah yang sedang berdagang di Jakarta. Namun yang terjadi sungguh sebuah hal yang tak pernah aku bayangkan. Aku dimintanya pulang. Pulang ke rumah dan tak kembali ke pondok untuk selama-lamanya. Oh sedihnya aku. Bahkan sampai sekarang aku masih ingat dengan jelas permintaan ayah “Nak, ayah dan ibumu sudah tidak sanggup ngirimin kamu uang lagi. Pulanglah. Hentikan studimu. Di Jakarta ayah kesulitan mencari uang”. Gdubraaak… Andai dibelakangku tidak ada dinding KBU mungkin aku jatuh. Tapi syukurlah aku masih bisa menahan semuanya. Sejak itu aku pun berjuang untuk bisa menyelesaikan studiku tanpa bantuan dari ayah dan ibu. Ups, tidak! Aku masih bantuan dari beliau berdua. Ya aku masih memintanya untuk maaf, bersabar dan berdoa untukku.

Aku meminta maaf kepada orang yang sangat aku sayangi itu karena aku tidak menurutinya untuk berhenti sekolah. Aku akan teruskan sampai lulua. Aku berpikir masa hanya cuma satu tahun lagi saja aku tidak sanggup menyelesaikan studiku. Aku harus bisa. Aku pun meminta beliau berdua bersabar untuk beberapa hal. Pertama, karena aku nggak menurutinya. Kedua, karena kesulitan mencari uang. Ketiga karena anaknya jauh dari rumahnya. Bukankah orang tua sangat khawatir saat anaknya berada jauh dari keduanya. Dan yang terakhir aku meminta keduanya untuk berdoa. Selalu berdoa. Baik untukku yang punya tekad—bukan nekad—untuk menjalani studi tanpa kiriman uang dari beliau, maupun berdoa untuk keluarga semoga keuangan keluarga kembali membaik. Dan berkat sabar, restu dan doa beliau berdua, Alhamdulillah di tahun 2003 (aku juga dapat pelajarn tersenyum dan tertawa bahagia) aku bisa menyelesaikan studiku dengan hampir sempurna. Bahkan aku tak menghiraukan apakah wisuda nanti orang tua datang atau tidak. Aku tak peduli. Namun Allah Maha Mendengar dan Maha Sayang sama hambaNya. Malam sebelum aku di wisuda ayahku tercinta datang dengan pamanku tersayang. Pagi harinya aku menangis dalam pelukan serang ayahku yang sangat aku banggakan. Terima kasih ayah… terima kasih Tuhan… Aku tahu alasan kenapa ibu tidak datang. Kalianpun pasti bisa menebaknya.

Kembali aku terima pelajaran menangis ini di bulan ramadhan tahun 2004. Saat itu aku sudah mengajar di MTs Al-Mu’minien. Ya aku mengabdikan diriku di pesantren yang membantuku menyelesaikan studiku. Ramadhan itu, liburan, aku pulang ke rumah tanggal dua puluh dua. Keesokan harinya, saat aku wiridan usai menunaikan shalat dluhur berjamaah bersama adikku terdengar deru mobil memasuki pelataran rumahku. Aku heran. Aku belum punya mobil kok sudah ada mobil yang datang ke rumahku. Aku pun heran, tak mungkin mbak pulang dari luar negeri tanpa memberi kabar. Usai kututup doaku, aku menyongsong ke sana, dan langkahku berubah menjadi lari saat aku tahu ayahku yang aku banggakan tak sadarkan diri dalam tanduan beberapa pamanku. Dengan tergopoh aku mendahului mereka masuk. Aku siapkan tikar dan kasur. Menggelarnya di ruangan tengah. Ibu menangis tak tertahan. Pertanyaan tak henti-hentinya keluar dari mulut ibu. Adikku diam tak bergerak melihat semuanya terjadi.

Setelah ayah dibaringkan dan semuanya tenang, paman mengatakan “ayahmu jatuh, nak, tepatnya saat ia sedang menggiling bumbu di depan kontrakan. Ia jatuh dan langsung tak sadarkan diri. Aku yang sudah berangkat jualan, disusul oleh pamanmu ini” sambil menunjuk paman keduaku. “akhirnya kita putuskan untuk membawanya pulang” lanjutnya.
Setelah dapat masukan dari berbagai kepala—ada yang melontarkan ide dib aw ke rumah sakit saja, ada juga yang bilang di rawat di rumah saja—aku putuskan untuk mencoba merawatnya di rumah dan dengan bantuan tetangga sekaligus guru agamaku, aku menjemput ustadz Shoim yang katanya sering menangani penyakit seperti ini. Dan ternyata ayahku di vonis kena stroke. Subhanallah… air mataku menangis. Bukan saja sejak dengar vonis itu. Tapi di awal aku tahu ayah sakit tak sadarkan diri.

Di hari ke 34, setelah menjalani berbagai macam terapi dan perawatan dari ust. Shoim, ayahku sudah bisa bangun dan tersenyum lagi. Bahkan ia memintaku anak laki-laki satu-satunya menuntunnya jalan-jalan. Melemaskan kaki, katanya. Dan dengan senang hati aku menuntunnya, menjaganya dan menyuapinya makan saat ia butuh makan. Hari-hari itu adalah hari-hari aku juga mendapatkan pelajaran tersenyum dan tertawa di sela-sela pelajaran menangis. (sobat ternyata di balik setiap sesuatu ada sesuatu yang lain. Percaya dech…)

Dan tepat di hari ke 40 Allah sangat merindukan ayahku tercinta. DipanggilNya ia. Tepat jam 00.30. hari jum’at. Tiga hari sebelumnya ayah terjatuh dan tak sadarkan diri selama itu sampai Allah memanggilnya. Beberapa setelah hembusan nafas terakhir ayah, setelah aku tersadar dari tangis, aku kabari semua orang yang aku kehendaki. Termasuk pengasuh pondok pesantren Al-Mu’minien yang juga aku pinta doanya. Jam 9 pagi jenazah ayah dishalati di masjid samping rumah. Begitu hendak diusung ke pembaringan terakhir kembali aku dikejutkan sebuah mobil bagus berhenti di jalan depan rumahku. Kemenakanku berlarian ke arahku yang sedang mengusung jenazah ayah, “kak ada tamu”. Aku terbengong. Aku berikan usungan itu ke paman yang berada di sampingku. Aku hampiri tam itu. Dan ternyata antara tangis dan tersenyum bahagia aku mengetahui bahwa yang datang adalah kyai. Aku menyalaminya dan mempersilahkan masuk. Namun beliau bilang “kita shalati dulu jenazah ayahmu”. Maka atas komando paman jenazah yang sudah keluar dari masjid kembali masuk dan di shalati oleh beliau dan beberapa teman pengajar PP. Al-Mu’minien. Aku lihat ibu, yang sesenggukan didekati oleh ibu Nyai dan beberapa ustadzah. Aku nggak tahu apa yang beliau bicarakan. (kembali palajaran tawa dan senyum aku dapati di tengah-tengah pelajaran tangis aku terima).

Bahkan kini, banyak sudah pelajaran tangis dan tawa diajarkan padaku hampir secara bersamaan. Aku mensyukurinya. Aku sungguh sangat bersyukur pada Tuhanku, Allah SWT, yang telah dan terus mengajariku berbagai pelajaran yang sangat dan tiada kira harganya. Karenanya aku berniat untuk lebih dekat denganNya. Aku ingin lebih lama berada dalam dekapan kasih sayangNya. Aku ingin tidak jauh dariNya. Monday, November 16, 2009

read more
0 comments

TEGURAN...


Aku tersentak kaget begitu membaca sms dari kemenakanku. Walau aku tahu ini Cuma bercanda, tapi tetap saja bikin aku kaget setengah mati.

“kang ana salam sing malaikat”

Anganku melayang menuju sebuah kejadian yang baru setengah jam berlalu menimpaku. Main bola dan terjatuh sehingga tulang dan otot lututku berubah tempat. Lututku bengkak. Bahkan tidak bisa aku tekuk untuk berjalan. Sehinga dengan terpaksa aku digendong teman-temanku. Sampai di kamar aku lihat jam 17.06. ah bentar lagi aku harus ke mushola. Aku bangun. Tapi ah… sakitnya minta ampun. Bahkan aku nggak bisa gerakkan kakiku sama sekali. Untuk berubah posisi dari teaku rlentang ke tengkurap saja sulitnya sangat. Akhirnya aku tertidur dan bangun saat dering hp berbunyi. 1 mesaage. Aku buka dan aku temukan sms di atas.

Aku terhenyak. Terlebih aku baru ingat aku belum shalat maghrib dan isya. Subhanallah… bagaimana ini terjadi? Ya aku tertidur saat “menikmati” kesakitanku dan aku baru bangun setelah dua jam kemudian. Pukul 20.04

Sms itu terus menghantuiku. Oh.. seandainya benar malaikat menjengukku, apa yang akan menimpa diriku. Beruntung bila ia malaikat pembagi rizki, gimana kalau malaikat pencabut nyawa? Oh tidak…

Ah, aku jadi teringat kejadian tahun 1999. Saat aku sakit tipes di pesantren, di Cirebon sana. Saat itu aku sudah 3 hari tidak masuk kelas. Aku istirahat di kamar. Sekitar jam 11.45 aku tertidur. Kepalaku berada di sebelah utara. Kaki ada di sebelah selatan. Aku tutup rapat. Aku bermimpi dalam tidurku. Aku bermain-main dengan adikku tersayang yang masih kecil saat itu disebuah taman yang indah. Sunggguh indah sekali. ibuku juga ada di situ. Saat ibuku pergi dan aku mengejar adikku yang di belakang ibu, aku dikejutkan oleh seseorang berbaju putih. Memakai tutup kepala juga putih. Tutup kepala itu menyambung ke bajunya dan bahkan ke bawahnya juga. Yang semua anggota tubuhnya tertutup karenanya. Aku sama sekali tidak mengenalnya. namun ia mengajakku pergi ke sebuah tempat.
“ayo ikut aku sebentar”
“Gak ah. Ntar ibuku nyari’
“gak kok. Cuma bentar!” katanya agak tegas.
“Gak ah gak mau!” aku jawab tegas juga mengimbaninya.
Seketika itu ia menarik tanganku. Aku terbelalak kaget. Dan aku melihat jam pukul 11.50. sungguh nyata. Ya jamitu adalah jam dinding di kamarku. Aku melihatnya dengan jelas jam berwarna putih bergaris-garis hitam itu menunjukan jam 11.50. sudah masuk waktu dluhur. Bahkan, samar terdengar suara azan dari masjid.
“ayo ikut aku sebentar saja” orang itu masih mengajak dan menarik tanganku.
“gak mau. Aku belum shalat. Aku shalat dulu” teriakku ketakutan.
Terjadi tarik menarik antara aku dan dirinya. Dan anehnya begitu tanganku terlepas darinya, aku merasa ada yang keluar dari hidungku dan kembali masuk ke dalam diriku lagi. Saat itu aku berpikir dia adalah malaikat yang menjemputku. Malaikat pencabut nyawa. Makanya aku nggak mau ikut dengannya. Aku belum siap. Belum banyak amal sholeh yang aku perbuat. Apalagi aku belum shalat dluhur. Jadi aku berontak sekuat mungkin.
Eh ternyata sobat, tahu nggak? Dia bukan malaikat. Tapi… ah, tidak jadi aku kasih tahu deh. Cukup aku, beliau dan dia saja yang tahu.
Kembali dengan keadaanku saat ini.
Aku bangun dengan begitu sangat sakit kurasakan di bagian lututku. Aku terpaksa berjalan merambat tembok kamar. Sampai kamar mandi hampir saja terjatuh saat aku menumpukan beban tubuh pada kaki kananku yang terluka. Usai ambil air wudlu aku shalat. Dengan duduk menjulurkan kaki aku shalat, ini aku lakukan ijtihad (duh gayanya make ijtihad segala…) setelah aku coba untuk menekuk lutut tapi nggak bisa. Ah, bukankah Allah Maha Melihat dan Maha Rahman.

Usai shalat sms itu kembali aku baca. Ya Allah, apakah ini adalah teguranMu? Ya. Atau bukan, aku tak peduli. Aku menganggapnya adalah teguran bagiku. Bagi seorang aku yang telah begitu banyak dosa aku lakukan.
Bagiku, jatuhku adalah teguran. Teguran karena begitu seringnya aku berbuat dosa dengan tangan dan kakiku. Teguran dari Allah yang masih menyayangiku. Teguran yang sangat mengena. Ya. Aku harus berhenti. Aku harus menghentikan kebiasaanku berbuat dosa. Dosa yang telah banyak aku perbuat. Astaghfirullah… Ya Allah… ampuni dosa-dosa hambaMu yang hina ini. La ilaha illa Anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimien… Astaghfirullah…

Bagiku sms itu juga adalah teguran untukku. Teguran agar aku bersegera tobat. Karena ajal tak pernah ada yang tahu kapan datang. Malaikat pencabut nyawa tak pandang waktu dan keadaan kapan ia datang. Begitu ia perintahkan, maka ia tak menunda waktu. Ya. Aku harus cepat-cepat bertobat. Tobat yang sesungguhya. Bukan tobat sambel. Apalagi tobat kacangan. Tobat yang tak berkelas.

Astaghfirullah…
Astaghfirullah…
Astaghfirullah…
La ilaha illa Anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimien…


read more

Sunday, November 15, 2009

Sunday, November 15, 2009 | 0 comments


Seandainya ada sekolah mental, mungkin akan banyak yang mendaftarkan dirinya disekolah tersebut demi sukses menjalani hidup. Bukankah keberhasilan dalam hidup itu disaat kita dihadapkan pada masalah. Karena di sini kita dituntut untuk pinter dan pandai mengelola mental dan emosi kita.



Attitude, sebuah sikap yang sangat penting. Ciri orang hebat adalah mempunyai attitude yang baik. Juga bagus. Tahu bersikap dan menempatkan diri pada posisi yang tepat. Attitude inilah yang kita sebut mental. Sikap saat menghadapi masalah hidup. Apakah kita terus fight ataukah menyerah. Apakah kita harus menangis nyerah ataukah terus berjuang walau darah mengalir deras? Apakah kita harus berani atau takluk di hadapan masalah? Itulah attitude. Sikap. Mental.

Pada saat kita terkena musibah, bisa dilihat kemampuan kita. Apakah putus asa? Ataukah menjalaninya dengan penuh kesabaran? Apakah kita menyalahkan orang lain ataukah introspeksi? Apakah kita terus merutuki nasib atau bangkit kembali menata puing-puing yang telah berserakan? Apakah kita bunuh diri karena prustasi ataukah kembali berdiri di kaki sendiri?



semoga adik dan ponakan-ponakanku mempunyai mental hidup yang bagus. punya attitude yang mantap. dan yang terpenting semoga sukses dalam hidup. amien...

read more

Tuesday, November 10, 2009

Tuesday, November 10, 2009 | 0 comments
Sungguh, DILUAR KEMAMPUANKU



Sungguh ini sangat sulit. Dia marah padaku. Adikku tersayang marah padaku gara-gara aku tidak nyambang dia. Dia minta keluar sebentar. Aku katakana sebentar karena hanya beberapa jam. 10 jam paling lama. Bisa juga kurang. Ia hanya ingin refresing. Ingin menyegarkan suasana. Hati. Juga pikiran.

Ia ingin ke warnet. Ia ingin berselancar di alam maya. Ia ingin, yah hanya sekedar penyegaran. Ntah ke Turen. Jalan-jalan. Bisa juga belanja. Bisa juga hanya buka email dan facebook. Lalu makan di jalan dan pulang lagi. Ntah juga kampusku. Itu yang ia bilang padaku saat malam harinya.

Ia pernah ke kampusku saat aku mengajaknya keluar. Aku ajak ia ke kampus. Menemaniku. Walau ia sendiri sebenarnya aku tinggalkan di luar ruangan saat aku kuliyah. Ia kuajak ke kampus saat aku masuk kuliyah agak siangan. Dan ia hanya bisa keluar setelah jam 8. sedang aku berangkat jam 9. Saat itu.

Sungguh itu bukan mauku. Tapi ini emang diluar kemampuanku. Bukan aku nggak sayang sama adikku. Bukan aku nggak mau ia refresing. Aku juga, bahkan semua orang butuh refresing, termasuk adikku yang dah lama terkurung dalam lingkungan yang sempit dan penuh aktifitas yang monoton.

Hari itu aku harus berangkat pagi. Ya pagi. Sebelum jam 7. Karena aku presentasi jam 7. Aku harus berangkat pagi walau aku cuma siap limapuluh persen mungkin untuk presentasi. Namun aku nekad dan bertekad melakukannya. Aku berangkat pagi.

Pikirku, adik bisa keluar setelah Lia nyambang dan Iyah ikut keluar bersamanya. Atau bisa juga ikut keluar bersama orang lain. Ntar nyusul ke kampus. Atau aku jemput.

Namun kenyataan berkata lain. Ya, lain sekali. Semua diluar kemampuanku. Semua diluar dugaanku. Aku berangkat jam 6.30. Setengah jam kemudian aku sampai kampus namun belum banyak yang datang. Bahkan dosen pun belum. Dan yang sangat aku sesalkan—tapi juga menggembirakan—presentasiku diundur 2 minggu ke depan.

Sesal karena aku sudah meninggalkan adik sendirian. Dan juga bukankah 2 minggu ke depan juga waktunya sambangan? Waktunya adikku bisa keluar lagi. Itu pertanda aku nggak bisa berangkat agak siangan, membawanya ikut serta. Oh, my God. Please help me…

Menggembirakan karena sejujurnya aku juga bisa menyiapkan lebih matang presentasiku. Aku bahkan bisa nyari informasi lebih banyak. Bahkan bisa menyiapkan beberapa pertanyaan pada kelompok lain yang akan presentasi juga. Ah…. Semua memang berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Bila Ia mau maka terjadilah. Bila Ia tidak mau maka tidak akan terjadi.

Lia pun yang aku andalkan bisa mengajak adikku keluar ternyata nggak bisa. Ia nggak datang untuk adiknya. Tidak nyambang. Adikku pun segan—untuk ikut .
maafin kakak dik, gara-gara kakak iyah jadi gini. maafin kakak, sungguh bukan maksud kakak untuk tidak mengajak yah keluar. hanya saja kakak kemarin bener-bener gak bisa dik. maafin kakak dik. sungguh kakak minta maaf.

read more

Saturday, November 7, 2009

Saturday, November 7, 2009 | 2 comments
PREN INI PEMBAGIAN KELOMPOK BU MARIA
DISCOURSE ANALYSIS

CATAT YACH

3. me
4. saiful bahri
5. Ali (KELOMPOK INI DITAMBAH DENGAN TEMAN KITA YANG BARU)
6. Nining
7. Malikal
8. Ali
9. Wafi
10. Elen
11. Eka
12. Ndari
13. Joe
14. Adi
15. Yati
16. Nur
17. Ndari


prepare yach...!!!!

read more

Monday, November 2, 2009

Monday, November 2, 2009 | 2 comments
DAFTAR PEMBAGIAN PRESENTASI
SEMINAR ON ELT PAK MUJI

Buat teman-teman kampus sorry and maaf yah. ini jalan yang aku temukan untuk mengumumkan pembagian kelompok. Pengennya saya datangi rumahnya (bulshit banget) tapi nggak mungkin kan? coz kalian semua tempat tinggalnya jauh-jauh. so, terpaksa dech begini. Bagi yang kecewa atau ada teman saya namanya salah ketik saya pinta maafnya.

Untuk minggu depan tanggal 8-11-09 kelompok satu yaitu saya dan Joe.
minggu berikutnya kelompok 2 dan begitu seterusnya. Tiap minggu satu kelompok yang presentasi. thanks for you all....

Untuk daftar kelomponya silahkan lihat (klik z biar besaaaar) gambar dibawah ini





read more

Monday, October 19, 2009

Monday, October 19, 2009 | 0 comments
KEMBALI PEDIH

Ughh… Sungguh pedih nan sedih…

Mengapa aku harus bertemu dengannya. Seandainya aku bisa memilih, aku akan memilih tidak bertemu dengannya. And seandainya aku tak bertemu dengannya hatiku nggak akan kembali luka. Luka yang telah lama aku obati. Luka yang telah lama bersemi. Luka yang telah lama aku usahakan bisa berteman dengannya dalam hidup ini. Namun sayang kini aku belum bisa berteman dengannya. Ini terbukti saat aku kembali bertemu dengan salah satu diantara mereka.. Maafkan aku duhai diriku. Kini aku merasa belum mampu untuk memaafkan diriku.

Pedih ini kembali kurasakan saat tanpa sengaja bertemu dengannya. Seorang diantara yang bisa membangkitkan kenangan itu lagi. Oh tidak. Memang dia tak salah. Aku yang salah tapi…

Biarlah aku ceritakan yang bisa membuatku sakit ini pada siapapun. Begini ceritanya:
Aku menyelesaikan tingkat SMAku di sebuah sekolah yang sangat ok. Hampir semua teman sekelasku jadi “orang”. Bahkan hampir semua lulusan sana menjadi hebat. Ada yang melanjutkan ke Al-Azhar Mesir Kairo, Sudan, Yaman, Makkah, Madinah, UGM, UI, dan berbagai perguruan ternama di dalam maupun luar negeri lainnya. Bahkan bila ada yang tidak melanjutkan pun mereka tergolong sukses. Sebut saja beberapa temanku yang setelah menamatkan studinya kini memegang perusahaan ayahnya di rumah. Bengkel mobil. Ada juga yang kini jadi saudagar kain di Bandung. Oh sungguh menakjubkan.
Beda jauh dengan diriku. Setelah lulus, aku mengabdikan diriku di sebuah ma’had yang kyainya menyelamatkanku dari kegagalan studi karena biaya. Aku harus bisa membalas semua jasanya. Pikir dan tekadku saat itu. Aku ingin mengabdikan hidupku di pondok beliau. Sampai dipenghujung usiaku.

Namun Allah mengatakan lain. Di awal libur ramadhan tahun pertamaku, Allah mengujiku dan sekaligus memanggil ayahku tercinta. Aku diminta ibu untuk tidak kembali ke pondok dan menggantikan tugas sang ayah tersayang. Menggarap beberapa petak sawah yang kami miliki. Akupun cuma bisa patuh dan taat karena aku sangat sayang sama ibuku. Aku mencoba belajar bercocok tanam. Mulai dari persiapan bibit, lahan hingga “winih” tertanam aku bisa mengikuti “pelajaran” dengan baik walau di sana sini masih banyak kekurangan yang sering aku lakukan. Di bulan paroh bulan ke dua aku cuma menunggu padi menguning dan memanennya. Namun karena aku nggak tahan dengan tidak adanya kerjaan, maka aku kabur ke Jakarta dan merantau mencari sesuap nasi. Syukur-syukur dapat segepok uang yang bisa aku gunakan untuk membiayai hidup ibu dan menyekolahkan adik yang saat itu lulus SD dan meminta untuk belajar di pesantren namun karena ketiadaan biaya aku janjikan ia akan belajar di pesantren setelah ia menamatkan SMPnya yang ada di dekat rumah.

Di Jakarta aku kerjakan apa yang bisa aku lakukan. Aku ikut teman SDku dulu. Aku pilih ikut berjualan nasi goreng dari pada mengayuh becak karena satu alasan, aku tidak punya cukup tenaga. ( ha ha ha ha… )

Jualan nasi goreng aku lakukan sama dengan teman-teman, mulai jam 19.00 malam sampai jam 04.00 pagi. Ini karena bos kami sangat perhatian sama shalat. Dan kebetulan semua temanku yang bekerja di situ (baik narik becak maupun jualan nasgor) adalah alumni pesantren. Baik yang sampai lulus maupun tidak lulus belajar di pesantrennya. Jadi selain kami mencari uang, juga kami adakan tahlilah, jamaah, dan sebuah majelis taklim. (terima kasih pak wahyono—nama bos saya yang juga adalah kepala RT di complex perumahan Angkat Darat Dewa Kembar—dan teman-temanku anak bangong semua… I miss u all…)

Singkat kisah, aku nggak bisa melanjutkan studiku seperti yang lain. Jangankan ke luar negeri, mau kuliah di dalam negeri pun bahkan ke perguruan yang tak ternamapun aku nggak belum bisa. Karena aku harus menghidupi ibu dan adikku yang juga lagi sekolah di SMP.

Habis panen sawahku, aku putuskan untuk mengambil Ijazah di almamater tercinta. Dan aku cari kerjaan yang bisa menghasilkan uang. Akupun berangkat ke almamater dan mencoba mencari pekerjaan di Surabaya. Namun Allah menggiringku ke sebuah pesantren yang belum pernah terlintas dalam benakku.

Saat aku mencari pekerjaan, ada adik kelasku (farhan, rizal—keduanya dari Surabaya—dan munir yang berasal dari Probolinggo), mereka mengajakku untuk mengajar di pesantren tempat mereka mengbdikan diri. Aku nggak mau. Karena yang aku cari bukan pengbdian. Aku cari uang. Uang untuk menghidupi ibu dan menyekolahkan adikku tersayang. Pondok bukan tempat cari uang. Kalaupun ada tidak seberapa. Uang hanya ada di tempat kerja. Namun bujukan Farhan mengoyak keyakinanku. Ia berhasil membujukku untuk cuma sekedar ikut dan lihat pondokknya dulu.

Saat itu aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, hanya takdir Allah yang “berbicara”. Aku tinggal di pondok tersebut sampai sekarang. Di sana aku bisa mengamalkan ilmuku. Juga bisa membantu pendiri dan pengasuh pondok—walau tak seberapa—aku juga bisa mengirim beberapa lembar uang ke rumah. Dan akhirnya di tahun 2006 akupun bisa kuliah. Walau berbekal nekad dan bantuan pak Ardi. Terima kasih banyak Pak Ardi. Engkau begitu banyak membantuku. Dan sampai sekarang belum bisa aku berbuat baik padamu.

Namun sayang di semester 4 aku harus menghentikan sementara kuliahku. Karena aku tahu dan sadar, bentar lagi janjiku harus aku tunaikan. Adikku menghadapi UAN SMPnya. Bentar lagi ia harus lanjut ke SMA. Janjiku harus aku tepati. Aku butuh more money. So, aku ambil cuti kuliah—keputusan yang sebenarnya aku sesalkan akhirnya dan sampai sekarang—guna mengumpulkan uang persiapan biaya adik masuk pondok dan SMA.
Aku berhasil membujuk ibu untuk membawa adik ke Malang. Walau aku sadar ibu kesepian di sana, di rumah tercinta. Tapi ini untuk masa depan. Masa depan adikku. (moga adikku sadar dan mau berjuang untuk hidup dan tujuan hidupnya…). Kini adikku sudah menginjak kelas 2 SMK—dia tidak mau aku sarankan masuk SMA, dia menginginkan SMK, maka apalah dayaku. Ini niatnya. Keinginannya. Aku hanya bisa mendukungnya—di jurusan TKJ di SMK Al-Munawwariyyah.

Tahukah kalian apa yang aku sedihkan? Sering kali aku minder dan sedih bila aku bertemu dengan teman seangakatan yang sudah sukses meraih gelar. Ada Lc, S.Pd.I, S.Sos, S.Fil, dan lainnya. Bahkan ketika reuni aku tak bisa menutupi bahwa aku lemah. Aku menangis hanya karena mendengar cerita yang begitu “wah” dari teman-temanku. Dan kemarin aku bertemu dengan seorang adik kelas. Aku tak menyalahkannya. Sungguh aku sadar dia belum tahu aku. Sehingga terucap beberapa kata yang mengingatkanku pada keadaanku yang masih sangat jauh untuk sukses. “lho, bukannya kamu averose? Dan seharusnya sudah lebih dari sekarangg ini? Masa masih kuliah?

Kamu nggak salah dek. Kamu benar. Ya, inilah aku yang sama sekali belum sukses. Ya, inilah aku yang masih tertinggal jauh. Sangat jauh. semoga aku bisa sukses walau terlambat.

read more

Sunday, October 11, 2009

Sunday, October 11, 2009 | 0 comments
lama sudah ku tinggalkan blog-ku yang setia menjadi tempat curhatku... maafkan aku...

read more

Wednesday, October 7, 2009

Wednesday, October 7, 2009 | 0 comments
Sobat tahukah kamu, apakah arti kata sukses?




Seorang muridku dulu bertanya mengenainya lewat sms. Aku bukan pakar. Aku juga bukan ahli dalam hal ini. Tapi aku tidak mau mengecewakan muridku. Sehingga aku mencoba menjawabnya. Apalagi ia sertakan sebuah kalimat dalam pertanyaannya. Kalimat itu berbunyi “menurut antum” sehingga aku berani menjawabnya karena ini menurut pendapatku.

Sukses adalah sebuah kata yang mempunyai makna berbeda tiap kepala. Sukses menurutku belum tentu sukses menurutnya, juga belum tentu menurutmu. Begitu juga sebaliknya sukses menurutnya belum tentu sukses menurutku. Sukses menurut kamu belum tentu aku setuju. Tapi alangkah baiknya kita saling mengormati kesuksesan tiap orang.
Namun standar umum sukses bagi seseorang bisa diartikan saat ia sudah mempunyai segala yang ia inginkan. Harta ada, jabatan yang diinginkan di tangan, kendaraan mewah bisa dimiliki, wanita cantik bisa ia punyai. Pendek kata seseorang dikatakan sukses bila semua keinginannya tercapai.

Tapi masalahnya, keinginan / nafsu manusia tidak akan pernah ada habisnya. Setelah berhasil mencapai satu keinginan, keinginan lain muncul. Begitu mengejar keinginan berikutnya, bisa jadi ada keinginan-keingina baru yang terus muncul dalam benaknya.

Aku ingin begini.
Aku ingin begitu.
Ini.. ini.. ini.. itu banyak sekali
Semua.. Semua.. Semua.. bisa dikabul hanya dengan kantong ajaib

Lha kok nyanyiannya doraemon…? Ha ha ha…
Terus kapan dong kita suksesnya kalau begitu kalau banyak keinginan muncul dalam diri kita? Ya saat kita bisa menggapai semua keinginan tersebut. Ha ha ha cuape dong….

So, ukurlah kemampuan dan keadaan plus standarkan dengan keimanan kita. Insya Allah kita bisa mengendalikan keinginan-keinginan (nafsu) kita tersebut.

Muridku sms lagi:
“kalau kesuksesan buat seorang remaja gimana ust?”

Waduh.. aku dipanggil ustadz nih… Padahal seingatku, aku ini anak jalanan yang suka kelayaban ke sana ke mari.

Ehm.. kesuksesan bagi seorang remaja? Mungkin saat remaja tersebut berhasil memiliki apa yang ingin ia miliki. Biasanya remaja itu pengen sesuatu yang up to date banget. Baju up to date, celana up to date, lipstick up to date, aksesoris up to date, hp up to date, mobil up to date, style up to date, model rambut up to date, gaul up to date, music up to date, bahkan mungkin bisa nge-date bareng idolanya ha ha ha ha. Dan semuanya. Mungkin itu kali kesuskesan seorang remaja? Bener gak yach?
Tapi keyakinanku yang terdalam kok nggak setuju yach… Aku punya pandangan lain dalam menilai sebuah kesuksesan. Begini, aku merasa sukses bila bisa menjadi yang terbaik dan bermanfaat buat umat (wusssshhh… ngeri ji….) Gimana sobat, setuju gak?
Kok kesannya dipaksain ya? Ya pokoknya terserah sobat semualah menafsiri kata sukses. He he he he

read more

Saturday, September 19, 2009

Saturday, September 19, 2009 | 0 comments
BULAN PENUH BAROKAH

Sungguh bulan yang penuh hikmah, penuh barokah dan penuh maghfiroh. Di bulan ini saya merasa, walau berat namun keinginan untuk memudahkan adik belajar terpenuhi juga dengan lancar. Alhamdulillah, puji syukur saya anjatkan keharibaanMu ya Allah.

Kini aku berhasil mewujudkan permintaan adikku satu-satunya. Membelikannya sebuah laptop walau second dan uangnya juga dapat minjam. ;-)

[tahu nggak kenapa saya menggunakan kata “second”? karena kata guru bahasa saya, dalam mengarang itu harus bisa memilih kata. Supaya tidak salah makna dan enak dibaca. He he he he…. Enak gak? He he he he…]

Sejujurnya saya nekad membelikannya laptop dengan beberapa alasan. Such as; 1. melihat keadaan adik yang sekolah di SMK TKJ. Sungguh naïf bila sekolah jurusan teknik computer dan jaringan tapi gak bisa dan nggak punya computer / laptop. 2. Saat pulangan nanti adikku punya tugas untuk browsing and wajib memberikan laporan penelitiannya seminggu sekali lewat email. Padahal jarak rumah dengan warnet sangat jauh sekali. Sekitar 1 jam perjalanan naik motor. Sungguh mengenaskan dan menyedihkan. Ditambah dengan keadaan jalan dan sepeda motor keluarga yang baru saja dibawa maling. Apa harus menempuh jarak yang demikian jauh nan sulit dengan mengendarai sepeda onthel? Apalagi tiap minggu?

Nah dengan alasan kedua inilah saya begitu benar-benar berniat membelikan adikku sebuah laptop yang bisa digunakan untuk kepentingan study dan smoga juga bermanfaat buat dia and juga buat saya. Oh iya alasan yang ketiga kelupaan. Yaitu 3. sekarang saya sudah semester 5, mungkin bentar lagi semester 6 dan 7, saya berharap bisa memanfaatkan laptop yang tak begitu bagus ini buat keperluan kuliah juga. Amien…

Setelah nyari ke sana ke mari, serta membandingkan satu sama lain, saya putuskan mengambil sebuah “emachines” ini dengan beberapa pertimbangan. Maaf ya kalau tidak sesuai dengan hati sampean semua. Jujur saja saya juga gak tahu cara memilih laptop second yang baik. Cuma beberapa yang diantaranya ya sepert berikut:
1.Harga pas dengan budget yang ada
2.Kalau bisa yang dual core
3.Kapasitas hardisk besar
4.Semua komponen (wifi, batere, kamera, keypad, mouse pad, dll) “sehat”

Alhamdulillah emachines ini bisa mewakili apa yang aku inginkan. Terima kasih ya Allah. Ini tidak akan terjadi kalau bukan atas rahmat dan ridloMu.

read more

Thursday, September 3, 2009

Thursday, September 3, 2009 | 0 comments
ASYUKURU

Alhamdulillah wa syukrulillah…

Setelah kurang lebih 2 minggu browsing dan searcing akhirnya kutemukan yang sesuai dengan kemampuanku. Terima kasih ya Allah…

Telah Engau kabulkan doa dan harapanku dan adikku untuk memiliki sebuah barang yang bagi kami sangat gak mungkin untuk digapai. Tapi berkat ridlaMu, kini hal itu bisa kami miliki. Terima kasih ya Allah…

Engkau Maha Pemurah…

Semua yang mahal Engkau murahkan. Hidup, air, udara, tanah, api, tumbuhan, kayu, batu, gunung, semuanya Engkau gratiskan. Semua Engkau beri. Tak ada yang Engkau pintai untuk membayarnya. Sungguh sebuah anugerah yang tiada bandingnya. Engkau benar-benar Maha Pemurah… فبأي ءالاء ربكما تكذبان

Engkau Maha Penyayang…

Engkau sayangi semua ciptaanMu. Engkau bagus dan indahkan bentuk kami. Engkau anugerahkan kami yang hina ini dengan kedudukan yang sangat mulia. Engkau sayangi kami sebagai mana layaknya kami menyayangi diri kami sendiri sedangkan diantara kami banyak yang tidak mengasihi diri kami sendiri, apalagi menyayangi “diri” Dzat-Mu ya Allah… (ampuni kami ya Allah…). Engkau sayangi kami dengan menyiapkan rumah mewah beratapkan intan berlian di surga. Engkau janjikan kami dengan surga indah yang lebih mewah dari hotel berbintang lima bahkan lebih mewah dari villa berharga jutaan milyar dolar. فبأي ءالاء ربكما تكذبان

Engkau Maha Pengasih…
Engkau kasihi kami semua. Engkau kasihi kami tanpa pandang bulu, yang hitam, putih, coklat Engkau kasihi semuanya. Engkau kasihi kami, baik yang iman maupun yang ingkar pada-Mu. Engkau kasihi kami tanpa memandang kami berada di mana, Indonesia, Malaysia, Afganistan, Amerika, Tazekistan, Uzbekistan. Sungguh Engkau Maha Pengasih. Engkau kasihi kami dengan semua apa yang kami butuhkan. Engkau kasihi kami semuanya. Manusia, binatang, tumbuhan, dan alam semua. Terima kasih ya Allah.. …..
فبأي ءالاء ربكما تكذبان


Akan kami jaga semua pemberian nan anugerah-Mu ya Allah. Akan kami syukuri semua yang telah Engkau kasihkan pada kami sebagai bukti bahwa kami juga menyayangiMu. Bahwa kami juga mencintaiMu. Bahwa kami juga beribadah hanya padaMu. Akan kami syukuri semuanya karena kami sadar firmanMu :
لإن شكرتم لأزيدنكم و لإن كفرتم إن عذابي لشديد

read more

Thursday, August 27, 2009

Thursday, August 27, 2009 | 0 comments



read more

Wednesday, August 5, 2009

Wednesday, August 5, 2009 | 0 comments
TUHAN...
Kini aku alami sebuah dilema yang tak pernah bertepi. Aku suntuk. aku terpenjara. aku terkurung. aku terbelenggu dalam istana sempit. aku nggak bisa luas. pikiran dan otakku seakan tersudut dalam sudut kudus yang tak kudus.

urusan makin menggunung. peraturan seperti menjepit. dari semua arah aku tersudut. semua serba kena.

ngurus anak sakit, telat berangkat ngajar. telat ngajar kena damprat. enaknya nggak ngurus anak sakit biar bisa tepat waktu ngajar. tapi... apa nanti nggak tambah salah. bagaimana kalau N1 dan N2 tanya tentang kesehatan anak-anak. atau bagaimana kalau nanti terjadi sesuatu yang tidak aku ketahui? oh TIDAAAAAAAKKK......! HELP ME...!!!!

ini baru seberapa. aku nggak ngebayangin bagaimana kalau aku dah aktif kuliah. mampunkah aku bagi waktu. mampukah aku menghandle semua tugas. ada kuliah. ada ngajar yang membutuhkan persiapan dan waktu untuk ngoreksi kerjaan anak-anak. ada juga ngurus anak-anak di kudus. aku harus tahu kondisi mereka. aku harus membimbing mereka dalam belajar. aku juga harus ngawasin makan mereka. pokoknya aku harus tahu semua tentang mereka. belum lagi misalnnya ada kasus. Oh My God. semoga saja tidak sampai terjadi sesuatu yang sangat rumit.

sebenarnya aku mau nolak saat dipercaya untuk ngurus kudus. bukannya aku nggak mau bantu, tapi aku lihat keadaanku serta posisiku di sini. aku banyak tugas. mulai dari sekretari MIM, ngajar, kuliah serta di LAB Bahaasa. tapi ini bukan tawaran yang bisa ditolak. ini adalah perintah mutlak. mau nggak mau harus mau. subhanallah...

Ya Allah... Tiada kekuatan di dunia ini kecuali kekuatan-Mu. Bantu aku melaksanakan semua tugas-tugas ini. Karena hanya Engkaulah yang bisa menolongku...

read more

Thursday, July 23, 2009

Thursday, July 23, 2009 | 0 comments
YA ALLAH...

Hari ini adalah di mana hasil rontgen adikku bisa diambil. sebenarnya bisa saja saya yang ambil di RSI gondanglegi, tapi saya khawatir dan takut dengan hasil yang akan aku dapatkan. makanya biarlah Pak Nur yang ngambil.

aku tambah bingung begitu browsingt di internet and mendapatkan begitu banyak info tentang "itu". Ya Allah.... aku mohon jauhkan adikku dari hal "itu"

aku begitu takut. tapi semoga saja tidak

read more

Sunday, July 19, 2009

Sunday, July 19, 2009 | 0 comments

NOSTALGIA

tiba-tiba berdesir rasa ini di hatiku. kangen. ya. kini aku lagi kangen sama teman-temanku yang dulu bersamaku di MTs Negri Arjawinangun. ntah mengapa rasa itu tiba-tiba menyergapku setelah lama aku nggak kontak satupun dari mereka.

bila kemarin-kemarin aku masih nyambung kontak sama epul, rusnadi, idah, rini dan muzayanah. tapi kini aku tlah lama nggak kontak mereka. aku disibukkan dengan urusanku sendiri.

bila dengan mereka saja saya sudah nggak kontak, bagaimana dengan bahri? aku tiba-tiba teringat dia. bagaimanakah kabarnya kini? sudah jadi apakah dia sekarang? apakah dia masih di jogja dan jadi dosen? ataukah telah kembali ke kampung halamannya di mana aku pernah bermain ke sana, Panguragan Cirebon?

Ya Allah... mungkinkah aku bisa menyambung tali silaturrahim yang telah Engkau buat antara aku dan teman-temanku dulu.

sobat semua... aku kangen kalian... masihkah ada di hati kalian memori kita saat kita membangun mimpi di MTS NEAR (negri Arjawinangun)...

Duhai sobat... aku menunggu kalian di sini. dalam hatiku...

read more

Saturday, July 18, 2009

Saturday, July 18, 2009 | 0 comments
MENGAPA.

Jika hal itu memang sudah takdir maka tak ada yang bisa menghindar. namun kenapa hati ini masih belum bisa menerima hal yang telah dikabarkan. aku bingung. kenapa aku masih belum bisa ikhlas menghadapi apa yang ada di depanku ini. dan yang lebih membingungkan lagi, kenapa aku sangat mudah su'udzon

read more

Wednesday, July 1, 2009

Wednesday, July 1, 2009 | 0 comments
umi... malam ini abi belum tidur. abi bahagia banget coz hari ini abi bisa ketemu kembali dengan kyai abi yang sangat saya hormati.

abi cape tapi juga seneng banget. selain ketemu sama kyai juga abi ketemu sama temen-teman yang abi kengenin. terutama si "imut" kecil. he he he

read more

Tuesday, March 17, 2009

Tuesday, March 17, 2009 | 0 comments
Pay up front !!!

Customer What do I need to rent a mailbox ?
Clerk Your passport or ARC, your chop, and you have to fill out these papers.
Customer What else should I know ?
Clerk You have to rent the mailbox for at least one year which will
cost $50. There is also a $50 deposit for the key.
Customer So I have to pay $100 in total right now ?
Clerk Nope. You only have to pay a half year's rent up front.



Explanation :


Up front - Paid in advance


Example : We need at least half of the money for the production up front.




read more

Sunday, February 22, 2009

Sunday, February 22, 2009 | 0 comments
Sebenaranya banyak yang ingin kutulis. tapi baru beberapa yang sempat saya tulis. itupun masih belum bisa diposting. akhirnya terpaksa saya pending dulu postingan minggu ini.

read more

Sunday, February 15, 2009

Sunday, February 15, 2009 | 0 comments
14 Februari 2009

hari itu saya diminta untuk membimbing mereka (kelas VII D). membuatkan pidato dan naskah drama untuk lomba yang diadakan OSIS SMP al-Moen.

Aku sanggupi dengan ucapan Insya Allah.
malam waktu aku mau ngetik pidato, semua komputer dipake, jadi terpaksa aku pending. namun ternyata "pemendingan" ini membuat ide yang sudah ada terbang lagi. jadi paginya (jumat 13 Februari), saat saya mengetik pidato itu sedikit keluar dari kerrangka yang sudah saya buat. alhamdulillah saya bisa merampungkannya dengan waktu 1 jam. di komputer MIM.

langsung saya print out dan saya berikan pada salah satu anak kelas VII D


Malamnya saya mencari beberapa lagu yang belum ketemu untuk mengiri drama yang akan diperankan mereka sesuai dengan teks drama yang mereka buat sendiri. saya hanya memberi masukan beberapa hal saja. dan kita sepakat akan mengiringi beberapa adegan dengan lagu yang sesuai. karenanya saya mencari lagu yang dibutuhkan tersebut.


ditengah-tengah berburu dan download lagu gratisan itu, terbersit untuk mengiringi lantunan puisi anak anak dengan lagu kitaro. akupun berburu kitaro.

sulit. sungguh sangat sulit aku cari instrumen-instrumen kitaro. namun alhamdulillah kesabaranku membuahkan hasil yang bagus. beberapa lagu kitaro yang asyik didengar telinga berhasil aku unduh (walaupun free he he he he..). alhamdulillah...

namun belum rampung saku selesaikan persiapan itu, malam jam 11an pak nur datang dengan membawa laptopnya yang katanya error. terserang virus. aku coba melihatnya. ternyata benar laptopnya sudah dalam siaga IV. harus diinstal lagi windowsnya. tapi saya belum bisa intsall coz CD masternya nggak dibawa. Jadi saya benerin saja google-nya yang katanya kena virus. padahal bukan karena virus google menampilkan account-muratdlo. cuma karena belum di dign out saja sih... (he he he he...) setelah sign out google pun bisa kembali normal dan pak nur bisa membuka accountnya. <>

paginya saya teringat titipan panitia lomba untuk membeli kertas piagam. so, setelah sarapan pagi saya berniat ke turen untuk membeli kertas piagam itu. namun sayang saya harus menunggu sedikit bentar karena sepeda motor saya dipake pak run untuk "ntah pergi ke mana".

alhamdulillah jam aku sudah kembali ke pondok dengan membawa kertas piagam yang dipesan oleh panitia lomba. di samping musholla saya berpapasan dengan Gea dan Putri. mereka khawatir saya tidak bisa mendampingi mereka pentas. "tenang, saya bisa kok" jawabku. "jangan khawatir saya sudah menyiapkan beberapa lagu yang kemarin kita rencanakan dan saya telah menyiapkan sebuah lagu khusus untuk mengiring puisi kalian" sambungku.

akhirnya alhamdulillah saya bisa mengiringi mereka walau saat drama terjadi error dikit. (he he he nggak jadi menang nih...) tapi saya tetap bangga dan bahagia karena pidato dan puisinya juara satu.

ssssst... ada rahasia nih. jangan bilang siapa-siapa yach...
kemarin saat saya ngajar bahasa arab di kelas IV D IBT (MIM) ada anak yang tanya. "Pak pidato kelas VII D tuh sampean yang buat yach?" saya jawab "Iya. ada apa?"
Nggak. nggak ada apa-apa kok pak?"

read more

Saturday, February 7, 2009

Saturday, February 7, 2009 | 0 comments
2/6/2009 5:04:59 PM
Lelah dan letih meresap ke dalam tubuhku. Aku menghayati dan menikmatinya. lemas aku biarkan kaki dan sekujur tubuhku terbaring. terlentanh lepas tanpa beban. Namun aku tulis ini di depan komputer MIm yang sedang nggak di pakai.

Seharian aku di atas sepeda motor. Dimulai sejak jam 07.05 aku di panggil pak Hamim untuk datang ke rumahnya dan diberi uang untuk di kasihkan ke Pak Saeful. Semalaman aku berniat pergi ke rumah beliau karena memang ada perintah untuk mengirim data BKSM dan Stempel—namun sayang stempelnya yang semalaman dicari nggak ada—ke rumah beliau di Sawojajar, Perumahan Dirgantara Permai. Walau aku belum pernah namun aku yakin akan bisa menemukannya.

Ketika mau bertolak ke Sawojajar, Pak Hamim mengingatkannku untuk bertemu pak Saeful di DIKNAS Kepanjen. Aku kaget… Kok Kepanjen? Bukannya saya di suruh ke rumah beliau dulu di Sawojajar? Kok ke Kepanjen? Tak apalah pikirku. Wong ini juga yang aku harapkan supaya bisa ke rumah Umi yang (komputernya) sudah menanti aku. Aku seneng banget kalau cuma di Kepanjen saja. aku pun bertolak ke Kepanjen dengan rute yang belum pernah aku lewati.

Begitu sampai di DIKNAS aku kirimkan SMS ke kepsek SMK itu. memberi kabar bahwa saya sudah sampai di DIKNAS. Namun sangat kaget aku membaca balasannya.
“Ngapain ke Kepanjen??? Tolong dibaca SMS tadi malem… Seharusnya ke rumah dulu. Telp ONkan…”
Hah? langsung aku balas. “OK aku ke rumah bapak sekarang.”

Kularikan Happy-ku dengan tergesa menuju Sawojajar. Belum berapa lama, Titan kesayanganku berdering. Pak Saeful telpon! Aku nyari tempat yang cocok untuk memarkir sepeda motorku. Begitu berhenti dan kubuka helm, deringnya berhenti pertanda diputus. HAH?! ya sudah aku tancap gas lagi. memburu waktu.

read more

Thursday, February 5, 2009

Thursday, February 5, 2009 | 0 comments
MURID NGAJIKU

Sebagaimana kewajibank di PP Al-Munawwariyyah, aku diberi beberapa santri untuk dididik mengaji alquran. Alhamdulillah tanggal 25 Januari 09 kemarin ke-38 anakku sudah diwisuda sebagai tanda sudah lulus 30 juz bin nadlor.

Dalam Tarbiyah Quran PP Al-Munawwariyyah, santri yang telah diwisuda akan meneruskan di tingkat kelas VI yaitu mengaji kitab klasik. Namun untuk tahun ini ada program baru yaitu SEMUA SANTRI YANG TELAH DIWISUDA TIDAK BOLEH IKUT NGAJI KITAB (KLASIK) SEBELUM HAFAL SURAT YAASIIN, WAQIAH DAN AL-MULK.

Aku, sekarang mengalami hal yang agak rumit--padahal sebenarnya tidak rumit--. Beberapa anak ngajiku kini ada yang sudah tidak perhatian terhadap kewajibannya untuk menghafalkan Yasin, Waqiah, dan Al-Mulk. Padahal banyak temannya yang berusaha keras menghafalkannya guna bisa mengikuti pengajaran kitab klasik di kelas.

Beberapa muridku ini agaknya terpengaruh oleh "pendatang" dari murid-muridnya pak Hasyim. Banyak diantara anakku yang ngobrol, bermain, ngantuk bahkan ada yang nggak ngapa-ngapain tanpa memikirkan bagaimana Al-Qurannya.

Ada juga beberapa yang tidak mengambil alquran sebelum aku suruh/datang. Padahal waktu yang ada lumayan bisa digunakan untuk menghafal satu dua ayat. Malas itu mungkin alasan mereka. terbukti dari hampir semua anak meletakkan al-qurannya sebelum waktunya habis jam 7.15 (kalau pagi) dan jam 19.15 (kalau malam).

read more
0 comments
SEMOGA TAK TERULANG

Hari ini terjadi tragedi di kelas VIII D. Icha muridku yang satu ini memang dari semester awal sudah menandakan seorang yang tak suka sama aku. Tapi aku nggak tahu apa apa sebenarnya yang mendasari ia berbuat begitu.

Hari ini, tepatnya tadi pagi dia bertingkah lagi. Saat aku suruh sama dengan teman-teman yang lainnya untuk menuliskan kalimat d papan tulis, ia malah terang-terangan menolak. Bahkan ketika saya mencoba menulusuri alasannya, dia blak-blakkan mengatakan "Ya karena saya nggak mau pak!". Subhanllah..!

Aku kaget terperanjat. Bagaimana ini terjadi? Aku harus bagaimana? apa yang harus aku lakukan menyikapi sikap dia yang begitu? Haruskah aku menyuruhnya keluar? Padahal dia pengen belajara? Haruskah aku memukulnya? Sedangkan kekerasan dalam pendidikan itu tidak baik? Haruskah aku tidak memberinya nilai? Padahal Raport butuh angka (nilai).

Thus, aku bingung dibuatnya. Semoga kutemukan cara terbaik menghadapi dia. Ini yang pertama di semester genap ini. Semoga ia nggak akan mengulanginya lagi di hari-hari yang akan datang. Semoga ia nggak mengulanginya lagi sampai ketiga kalinya, sehingga aku bisa optimal mengajar pada anak-anakku (yang juga aku anggap sebagai teman plus guru)

read more

Tuesday, February 3, 2009

Tuesday, February 3, 2009 | 0 comments

Bahasa Inggris, mata pelajaran yang aku ajarkan pada anak-anak. SMP Al-Munawwariyyah dan juga SMK Al-Munawwariyah.

jujur sebenarnya saya bingung mau mengajarkannya. tapi apa mau dikata, masa guru masuk kelas nggak memberikan materi? karenanya saya mengambil silabus untuk SMP kelas VII dan kelas VIII dari pak Lutfi. (he he he...)

sedangkan untuk beberapa materinya saya tautkan di sini. semua yang berminat silahkan buka dan download. tanpa bayar. he he he...
(namun yang ada belum semua karena masih proses)

dan beberapa materi saya ambilkan dari web lain. silahkan bisa di lihat di sini tentang noun phrase atau sebagai referensi bisa merujuk pada web ini

read more
0 comments
Umi...
abi kangen banget...
sudah beberapa hari ini kita nggak ketemu abi merasa sangat kangen.
ntah abi nggak tahu bila umi KKN kelak. pasti rasa kangennya makin menjadi.
i love u mi...
i miss u...


'

read more
0 comments
cinta adalah anugerah.
cinta tak kan pernah bisa hilang.
cintaku hanya untuk umi.
i love u....


'

read more

Friday, January 30, 2009

Friday, January 30, 2009 | 0 comments
(N)EVER OLD TO LEARN

Sebuah hal yang memang sudah menjadi kewajiban yaitu belajar. Bukankah dalam firman yang pertama kali turun Allah telah memerintahkan pada kita untuk “iqro” (belajar)? maka tidak ada ampun bagi orang yang tidak mau belajar.

Hal diatas dipertegas lagi dengan beberapa hadis yang memerintahkan kita untuk belajar. ada yang berbunyi. uthlubul ‘ilma walau bishshin (carilah ilmu walau sampai ke negeri china. Ada juga yang berbunyi uthlubul ilma minal mahdi ilal lahdi. (carilah ilmu mulai sejak dari buaian sampai masuk liang lahat). Sungguh sebuah perintah yang berlaku sepanjang masa, selama kita hidup maka belajar masih menjadi kewajiban. Maka bagi yang tidak mau belajar lebih baik mati. Meninggalkan kehidupan ini.

Sejarah mencatat beribu orang terkenal (Imam Syafi’i. Ibnu Hajar al-Asqolani, Hasan al-Banna, Sayyid Quthb, HAMKA, Pramoedya Ananta Toer dan Alwi Syihab diantaranya) melakukan aktivitas belajar ini tak kenal waktu. Mulai sejak bangun dari tidur sampai tidur lagi mereka terus belajar. Sejak pagi bahkan sampai larut malam mereka masih membaca dan menela’ah kitab-kitan (buku). Tak pernah lelah. Tak kenal waktu. Bahkan mereka telah menemukan kenikmatan dalam belajar melebihi kenikmatan makanan yang dihidangkan padanya. Mata mereka terpejam hanya beberapa jam saja. Istirahat tak lagi terbersit dalam benak mereka.

Namun kenapa beberapa santri yang masih belajar setelah jam sembilan harus dihalau untuk tidur, sedang mereka masih menikmati belajarnya? Mengapa mereka harus merapikan buku-bukunya sedang tugas sekolah belum selesai mereka garap? Kenapa keasyikan belajar—yang tiada lain adalah kewajiban—mereka harus terhenti hanya karena sudah jam sembilan?

Kenapa waktu belajar harus dibatasi? Bukankah itu akan menghambat kemajuan intelektual mereka sebagai generasi penerus bangsa juga agama? kalau mereka bodoh apa yang akan terjadi sedangkan musuh-musuh Islam telah demikian maju di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi? Kalau hanya demi kebaikan dan kesehatan mereka, apakah harus itu yang dikorbankan? Bukankah taruhannya adalah kemajuan mereka sendiri dan juga kebangkitan kejayaan islam? Bila memang peraturan yang menentukan, apa tidak ada peraturan yang lebih baik dari peraturan yang telah berlaku?
El-Kifli

read more
0 comments
I lOvE U

mi. matahari tlah kembali bersinar sayang.

senyum abi telah kembali berkembang. toh yang tlah terjadi tak mungkin kembali lagi.

biarkan mataharai bergerak ke arah barat untuk menuju tempat peraduannya.

bagitupun abi...

biarkan abi terus bergerak tak ada yang menghalangi dan membatasi. bairkan abi terus berpaju menelusuri hidup ini.

bukankah hidup ini keras?

umi abi kangen umi..

read more

Monday, January 5, 2009

Monday, January 5, 2009 | 0 comments
ini bermula dari niat saya untuk belajat menggunakan READ MORE di template baru. ehh.. hasilnya nggak memuaskan. padahal ketika saya memakai template lama saya bisa menerapkan READ MORE dengan benar ya...

sekarang template yang saya pake asal saja. saya kepengen balik lagi menggunakan template klasik saja. selain mudah diatur juga terkesan antik.

ah........... bingung aku jadinya. bagaimana ya, cara mengembalikan templet baru ke template klasik. aku pengen template klasik. lebih enak diatur. kalau template baru kok njlimet gitcu. aku bingung...

read more

kambing etawa

kambing etawa
kambing gemuk makan fermentasi gedebok

silahkan coba...!!!

Blog Archive

Hidup tak akan memberimu apa-apa kecuali kau memaknai hidup dengan caramu...
 

Express

Seorang kawan yang mendampingi kita pada saat kesulitan lebih baik dari pada seribu
kawan yang mendampingi kita pada saat kebahagiaan.


Berkata benar dapat sangat menyulitkan bahkan beresiko ditolak. Tetapi itulah satu-
satunya pilihan jika kita membangun hubungan yang baik.

Anak lebih membutuhkan bimbingan dan simpati dari pada instruksi.

The Good Father

The Good Father

MoTivE

Bila saat ini kita belum berhasil dan sukses bisa jadi karena kita belum bekerja keras, berfikir cerdas dan beramal dengan benar.


Saat menunda amal sholeh berarti kita sedang menunda kesuksesan dan kebahagian.


Seseorang mulia bukan karena apa yang dimilikinya tapi karena pengorbanannya untuk
memberikan manfaat bagi orang lain.