Nurul Arifin dan SUKWAN SD

Nurul Arifin dan SUKWAN

24 April 2011 pukul 6:22

Membaca postingan bu Sunny Aneke dalam status Facebooknya yang menukil berita yahoo.com saya teringat dua hari setelah pernikahan saya dengan istri sepuluh bulan yang lalu.

Yang saya ingat bukan bulan madunya. Yang saya ingat waktu itu, hari sabtu, dua hari setelah hari pernikahan saya—hari kamis tanggal 1 Juli 2010—istri saya harus ikut kumpul di Gor Ken Arok Malang. Ini perintah dari sekolah SD di mana istri saya mengajar. Perintah tertulis dari
sang kepala sekolah, wajib.

Ada surat dari koordinator sukwan, semua tenaga sukwan (tenaga relawan) yang mengajar di SDN seluruh kecamatan gedangan harus kumpul di sana. Ada bupati Malang, Pak Renda yang mau maju mencalonkan diri lagi menjadi Bupati Malang untuk yang kedua kalinya.

Pagi sabtu, sekitar jam 7.30 saya membonceng istri baru—karena baru dua hari maka lagi asyik-asyiknya. Ya anggap saja lah bulan madu—menuju GOR Ken Arok. Setiba di sana sudah banyak, selain juga panitia banyak sekali para tenaga suka relawan yang hadir di sana. Bukan hanya SD-SD yang ada di kecamatan Gedangan. Tapi ternyata dari seluruh SD yang berada di tiap kecamatan. Bila satu sekolah mempunyai minimal 3 sukwan maka berapa jumlah yang datang saat itu ya? Wah saya gak menghitung tuh. Tapi di sekolah tempat istri jadi sukwan saja ada 5 sukwan. Bagaimana dengan sekolah lain ya?

Saya berpura-pura jadi salah satu sukwan di salah satu sekolah yang terdaftar. Hal itu bukan untuk apa-apa. Tapi hanya untuk bisa masuk ke dalam GOR. Saya yakin dengan haqqul yakien tidak ada yang mempedulikan saya. So, ternyata sangat mudah untuk masuk ke sana.

Begitu masuk, saya baca sepanduk yang menjadi background acaranya. Saya bisa melihat jelas sepanduk itu karena saya duduk di depan panggung. Bukan di tribun bersama istri. Karena posisi saya berada di tengah-tengah maka saya bisa melihat semua yang hadir. Dan salah satunya istri Gus saya. Para orang terhormat ber-jas-kan kuning golkar juga hadir di sana. Bahkan saya sempat mengambil gambar mereka.

Wah ternyata ada artis ibu kota, Nurul Arifin, yang sekaligus menjadi anggota DPR. Tapi saya lupa manjadi komisi berapa saat itu. Yang pasti mensosialisasikan RUU tentang guru yang akan “mensejahterakan” semua para sukwan seluruh Indonesia. Tapi itu, kata Nurul Arifin, masih sangat membutuhkan dukungan dari para sukwan sendiri dan para pemimpin. Termasuk pemimpin daerah. Karena itu para sukwan di minta untuk memilih pak Rendra.

Di dalam pidatonya—atau mungkin pantas tidak ya disebut kampanye? Semoga tidak—Pak Rendra menjanjikan “ke-negeri-an” kepada para sukwan se Malang. Dan saya hanya bisa diam dan membisu. Karena memang saya bukan salah satu dari mereka. Dan saja juga tidak mau menjadi salah satu diantara yang “dijanjikan” ataupun yang “menjanjikan”. Saya hanya ingin menjadi apa yang saya mau. Ku tahu yang ku mau. Bukan ku tahu apa yang kau mau. Karena saya bukan orang yang mau jadi “sukwan” yang model itu. Tapi saya mau yang bener-bener sukwan. Sukarelawan yang bener-bener tidak dibayar manusia!!!

Related Posts